Sisi Gelap Mata Pelajaran P5

P5 atau Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah bagian dari sebuah terobosan Kurikulum Merdeka yang tujuannya adalah mengembangkan karakter dan kompetensi siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.



Saat saya bekerja di sekolah swasta, P5 hanyalah berjalan di saat akhir semester sebagai bentuk proyek yang ditangani oleh guru dan murid yang berkolaborasi. Satu tahun untuk dua proyek. Lalu, prinsip apa yang menjadi skema P5 ini?

1. Holistik

Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan melihat sebuah topik atau tema di dalam proyek yang mendorong siswa untuk memiliki kerangka berpikir secara luas dan memahami isu secara mendalam. Contohnya adalah pada saat siswa bisa mempertimbangkan suatu aspek atau faktor sebagai satu kesatuan. Punya prinsip ini seperti membuat kita jadi lebih bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan.

2. Kontekstual

Proyek P5 ini diharapkan menjadi bekal nanti saat para siswa terjun di dunia masyarakat. Bisa menerapkan prinsip sebagai dasar mereka hidup sosial. Mereka diberi spoiler terhadap apa yang akan dialami di dalam dunia kerja, bahkan sebelum PKL berjalan.

3. Berpusat pada Peserta Didik

Guru adalah fasilitator di dalam proyek P5 di setiap Panen Karya akhir semester sehingga peserta didik diharapkan menjadi ujung tombak pergerakan di dalam P5 ini. Mereka disiapkan untuk berani tampil, kreatif, dan eksploratif.

Lalu apa sisi gelapnya?



P5 hampir selalu mengutamakan project-based learning yang menawarkan ruang kerja untuk menciptakan banyak hal-hal positif. Dalam konteks P5 ini, project-based justru membuka tabir yang selama ini orang mungkin mulai sadar.

Pertama, bahwa enggak semua anak didik dan fasilitator mau berkolaborasi. Akan ada banyak ratusan alasan untuk mereka tidak berkolaborasi. Selalu ada saja alasannya. Perilaku kita yang terkenal dengan kata gotong-royong itu tidaklah melulu benar. Selalu ada pihak-pihak yang merasa tinggi hati untuk enggan memiliki kebersamaan. Selalu ada pihak-pihak yang menganggap remeh kekuatan kolaborasi. Selalu ada pihak-pihak yang terlalu sombong untuk berkelompok. Dan buruknya, penyakit seperti ini dibiarkan tumbuh subur di kedua pihak.

Diundang kerja sama, mereka menghilang. Diajak kolaborasi, mereka senyap. Lebih parahnya, tidak sedikit pun peduli dengan tugas yang diberikan karena terlalu congkak hatinya untuk menangani hal-hal yang dia pikir tidak penting. Ini adalah benalu.

Indonesia tidak pernah kekurangan orang yang jenius nan cerdas, hanya selalu kurang beruntung bisa menghadirkan orang-orang yang kolaboratif. Selalu dan selalu mengutamakan kepentingan politik.



Kedua, sedikit sekali bagi mereka yang dapat mendapatkan mengubah pengalaman ini menjadi sebuah pelajaran sehingga banyak yang hanya menganggap ini sebagai hari numpang lewat tanpa belajar. Betapa menyebalkan melihat segelintir individu yang saat hadir pun terkesan tidak menghargai jerih payah orang-orang yang menyiapkan segalanya, tapi justru melanggar batas waktu yang seharusnya belum pulang untuk bolos di tengah acara kolaborasi.

Menurut hemat saya, P5 bukan hanya mengasah skillset siswa dan guru, tapi juga justru membuktikan bahwa mereka banyak yang belum siap untuk berkolaborasi.



Comments

Popular posts from this blog

Materi Mulok Bahasa Inggris: Grooming & Professional Appearance at Work

Modul Ajar Bahasa Inggris 2024 - Descriptive Text Kelas Fase E (Kelas X)