Posts

Showing posts with the label Point of Views

Panduan Presentasi dalam Bahasa Inggris yang Jarang Orang Tahu

Image
Hai! Hampir di setiap tahun, saya sebagai guru Bahasa Inggris mendapatkan pertanyaan yang serupa: "Gimana sih cara presentasi dalam Bahasa Inggris?" Khususnya bagi para peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diwajibkan untuk mengikuti sidang PKL. Mereka dituntut untuk menggunakan Bahasa Inggris di beberapa bagian presentasi. Nah, bagaimana tekniknya? Tips dan triknya? Mari kita bagi jadi tiga bagian: 1. Sebelum Presentasi A. Pastikan sebelum presentasi, kamu paham apa yang mau kamu bawa. This is the fundamental!  Dan butuh banyak sekali waktu untuk PAHAM materi yang mau dibawa. B. Tentuin mau ngomong apa dalam Bahasa Inggris. Khususnya, menentukan diksi, frasa, dan kalimat dalam Bahasa Inggris yang akan disampaikan di sidang nanti: Mulai dari intro sampai outro. Gunakan kata yang profesional dalam Bahasa Inggris. Contoh:      Biasanya, "Hi, my name's Sastra. I want to present"      Profesionalnya, "Hello, let me introduce myself. I am Sa...

Demokratisasi AI: Revolusi Kreatif atau Kebebasan Semu?

Image
A. Demokratisasi Digital Selama ini aku mulai berpikir jika semua kegiatan kita sehari-hari sudah dipenuhi oleh AI, maka semua orang mampu melakukan apa pun. Ada orang yang sudah bisa membuat ilustrasi, padahal bukan ilustrator. Ada yang sudah bisa buat aplikasi, padahal bukan programer. Ini semua mengarah pada demokratisasi digital. Demokratisasi bukanlah barang baru. Sebagai contoh, sebuah es krim yang dulu hanya bisa dinikmati oleh para bangsawan, kini sudah bisa dinikmati oleh lapisan masyarakat mana pun. Dulu juga cuma orang kaya dan perusahaan besar saja yang bisa memiliki listrik. Kini listrik bisa diakses oleh semuanya. Itu disebut demokratisasi. Penyetaraan. Pintu demokratisasi digital semakin terbuka lebar di era Kecerdasan Artifisial yang mempersilakan orang mampu membuat apa saja. Literally, anything. Akses untuk menjadi kreatif jadi semakin merata. Semua orang merasa punya hak untuk menjadi kreator di dunia digital lewat platform-platform yang tersedia. But there is some...

Self-Journaling: Banyak Orang Mengubur Mimpi

Image
               Setiap hari orang-orang mengubur mimpi mereka. Termasuk hari ini perihal salah satu anak murid saya yang lebih memilih bekerja dari pada melanjutkan sekolahnya. Di sisi lain, ada anak murid saya yang juga tengah menghadapi situasi yang sama, namun tetap tidak menyerah pada pendidikannya. Setiap orang punya alibi yang sama,                       " Ya, tergantung situasi."                " Tergantung sejauh mana lu mau bawa hidup ini. Karena pada akhirnya yang menentukan arah seseorang adalah seberapa terbuka ia terhadap proses belajar—meski dari hal-hal yang tidak ingin ia dengar. "               Dari sekian konflik yang saya rasakan sejauh berkomunikasi dengan mereka adalah kesan yang sering sekali menunda dan mempersulit proses pengunduran diri. Memang bukan...

Self-Journaling: Dalam Diskusi Menciptakan Negara Baru

Image
Saya selalu bilang ke orang-orang bahwa relasi itu adalah investasi. Lebih tepatnya, salah satu dari bagian investasi. Kamu memang enggak akan langsung mendapatkan benefit-nya, tapi kamu sedang menanam benih-benihnya hingga kemudian kamu akan memetiknya di kemudian hari. Hari ini saya mendapat kesempatan kembali bergabung di sebuah komunitas Bahasa Inggris, WeEnglish Community di Taman Ismail Marzuki. Sebuah komunitas yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi orang-orang yang ingin memelihara kemampuan berbahasa Inggrisnya, termasuk saya. Saya masih ingin terus melatih kemampuan saya dalam berbahasa Inggris. Terlebih dalam banyak topik-topik yang thought-provoking dan sensitif. Menurut hemat saya, memperluas topik pembicaraan kita dalam berbahasa Inggris justru malah meningkatkan kepercayaan diri dalam membahasnya, memperluas wawasan, memperoleh kosakata asing yang bahkan kita enggak temuin di buku pelajaran, dan meningkatkan kemampuan kita secara verbal. Sebagai guru di sekolah, saya...

Self-Journaling: Perjalanan Bahasa Inggrisku

Image
Sebagai warga Indonesia yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris, kemungkinan besar kita akan merasa kesulitan dalam mempelajari bahasa asing, apapun bahasa itu. Karena saya adalah guru bahasa Inggris, maka saya akan spill  perjalanan saya mempelajarinya sehingga audiens mungkin bisa mengambil strategi dari cara yang saya ikuti. 1. Preschool - Elementary Sejak kecil saya memang sudah dicekoki dengan kosakata bahasa Inggris dimulai dari angka, warna, alat tulis, ragam kata sapaan sederhana hingga bagaimana cara meresponnya. Saya masih ingat sekali pelajaran bahasa Inggris saya dimulai pada kelas 3 SD. Betapa semangatnya saya pada saat itu diperkenalkan materi baru dari Mr Saefullah. Beliau mengajarkan bahasa Inggris dengan tegas, tidak pandang bulu. Saya dididik untuk menghafalkan banyak sekali kosakata pada saat itu. Enggak heran sih, karena sebagai generasi milenial, produk kurikulum saat itu memang yang paling  mainstream  adalah menghafal.  Di kalangan teman-tema...

Manusia Semakin Bodoh, AI Semakin Pintar

Image
Dewasa ini, teknologi semakin kompleks dan mutakhir. Kita sebut Artificial intelligence atau Kecerdasan Buatan, tapi saya lebih suka dengan istilah Akal Imitasi karena mirip dengan singkatan AI dari bahasa Inggris, Artificial intelligence.  Akal Imitasi atau AI adalah sebuah program berisi data besar kode-kode yang mempelajari aktivitas tertentu untuk kemudian digunakan untuk mempermudah tugas-tugas manusia. Misal, ChatGPT yang siap merespon pertanyaan-pertanyaan kita itu isinya adalah puluhan juta kode. Ada lagi MidJourney, akal imitasi yang mampu memproduksi gambar hanya dengan mengetik teks. Coba ketik Jokowi joget gemoy, DUAR! Muncul dalam waktu singkat. Akal Imitasi atau AI bahkan bisa menjadi otak dari sebuah robot yang mirip manusia betulan yang mampu merespon makhluk hidup dan sekitar. Robotnya bisa menjawab sesuai pertanyaan kita. "Hai, Robot! Kamu bisa berak?" misalnya. Ngomong-ngomong, saya akan bagi menjadi tiga diskusi di dalam tulisan ini: 1. Kenapa AI bisa pop...

Pacaran Meningkatkan Semangat Belajar?

Image
Kenapa Siswa Berpacaran? Dalam sekolah tingkat menengah, umur belasan memang tidak bisa dipungkiri. Hormon yang sedang naik-naiknya membuka banyak probabilitas, termasuk menjalin asmara yang belum tepat pada waktunya. Dalam hal ini kita sebut berpacaran. Semua orang-orang yang mengenyam dunia pendidikan pastinya pernah merasa tertarik dengan seseorang. Bisa karena wajahnya, kepribadiannya, statusnya, atau bahkan perlakuannya. Dan setiap hari bertatap muka, bertemu dan saling menyapa sehingga tak jarang bibit-bibit cinta tersemai. Maka mereka mulai menjalin hubungan atas nama cinta. Saling memberi kabar, menjaga dan mengingatkan satu sama lain. Sekolah menjadi tempat yang dinanti setiap hari karenanya. Dampak Positif Tidak bisa dipungkiri, hormon dopamine alias hormon yang membawa kebahagiaan muncul secara berkala disebabkan oleh terjalinnya hubungan asmara. Bisa memberi dampak yang positif berupa semangatnya menjalani kegiatan sekolah. Berikut dampak positif berpacaran saat masa-masa s...

Popular posts from this blog

The Elements of Good Writing

Panduan Presentasi dalam Bahasa Inggris yang Jarang Orang Tahu