REVIEW: 100 Ide untuk Guru
Identitas Buku
a.
Judul : 100 Ide untuk Guru – Menarik Partisipasi
Siswa
b.
Penulis : Jon Tait
c.
Penerbit : Esensi – Erlangga Group
d.
Tahun Terbit : 2017
e.
Jumlah Halaman :
174 halaman
2. Ringkasan Isi Buku
100 Ide untuk Guru adalah salah satu buku yang memang ditujukan untuk para edukator yang telah menemukan titik jemu di dalam kelas saat mengajar. Isinya penuh dengan tips dan trik tentang bagaimana kita, para pembaca, dapat mengaplikasikan strategi pembelajaran di dalam kelas.
3. Ulasan
Penulis berasal dari Darlington, Inggris, yang cukup terkenal dengan program pendidikannya, Northern Arch Learning. Dia menulis buku 100 Ide untuk Guru dengan bahasa yang mudah sekali dipahami dan tidak menggunakan bahasa yang berbelit-belit. Buku ini begitu terstruktur sesuai alur kerja guru pada umumnya. Dimulai dari pembahasan kelas sampai penilaian dan umpan balik.
Beberapa ide favorit saya adalah:
a.
Ide 4: Membuat tema kelas
Ini referensi yang bagus
untuk saya sebagai guru bahasa Inggris yang seringkali kebingungan untuk
memperkaya tema. Memang terkesan ribet, tapi jika setiap bulan bisa menentukan
tema kelas, maka ini akan menjadi sesuatu yang menarik. Misalnya, tema bulan Januari
adalah tentang AI (Artificial Intelligent), maka selama sebulan itu ada empat
pertemuan yang harusnya memperkaya kosakata mengenai AI.
b. Ide
12: Pertemuan
Ide ini lebih menekankan pada
pemberdayaan sosial. Saat kita menyapa murid, kebanyakan mereka akan ucap salam
atau berjabat tangan. Nah, jangan meremehkan ini. Jabat tangan adalah tanda
fisik atas adanya kesepakatan antara hormatnya seorang siswa dan guru. Berjabat
harusnya bukan lagi tentang hormatnya murid kepada guru, tapi juga bagaimana
guru memandang murid.
c. Ide
19: Profesor Kelas
Cara ini adalah salah
satu favorit saya. Saya akan menggunakan program Profesor Kelas nanti untuk
setiap sesi akhir setelah saya memberikan pembelajaran. Misalnya, untuk
pertemuan pertama, saya akan secara acak memilih salah satu atau dua anak untuk
menjelaskan atau meyimpulkan materi selama belajar di sesi akhir (limat menit
sebelum pelajaran berakhir). Minggu depannya juga sama, hanya saja dengan murid
yang berbeda. Manfaat dari program ini tentunya dapat membuat murid menjadi
bagian dari pelajaran, mereka jadi terlibat, dan memberikan mereka tanggung
jawab dan kepercayaan di waktu yang sama.
d. Ide
24: Jeda yang Dramatis
Saat kita menerangkan
materi, kita para guru memiliki suara, intonasi, dan gestur yang berbeda-beda.
Ada yang panjang-lebar menjelaskan sehingga kita kecolongan murid yang tertidur
di sela-sela penjelasan materi, ada yang tetap berusaha menjelaskan dengan
suara yang nyaring walaupun kelas terasa bising, dan lain-lain. Di ide 24 ini
mengajarkan kita untuk pintar-pintar mengambil jeda saat berbicara di depan
mereka. Jeda adalah kunci bagaimana audiens dapat mencerna dan menerima
e. Ide
34: Kursi Panas
Pernah kah kita sebagai
guru mempersilakan murid untuk bertanya setelah penjelasan materi, lalu tidak
ada yang mengangkat tangan sama sekali? “Ada yang mau bertanya?” Lalu hening.
Nah, bagaimana kalau kita balik? Kita yang memberikan jawaban, lalu biarkan
siswa mencari pertanyaan atas jawaban dari kita. Dalam improvisasi saya, saya
akan menunjuk anak pertama untuk duduk di bangku di depan kelas untuk
memberikan sebuah jawaban yang nantinya bersambung lewat pertanyaan murid lainnya.
f.
Ide 53: 3B B4 Me (Dibaca 3B Before Me
atau 3B sebelum saya)
Dalam suatu momen, kita
pasti pernah dibanjiri oleh pertanyaan para murid yang terbiasa bertanya. Mari
kita ubah itu dengan memberi mereka 3B sebelum bertanya kepada guru: 1) Brain,
2) Book, 3) Buddy. Niscaya, pekerjaan kita menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa
berkurang dan kita bisa lebih fokus dalam hal manajerial.
g. Ide
97: Biarkan Mereka Membuat Target Sendiri
“Bertanggung jawablah
atas pembelajaran sendiri”, kita tidak mungkin melacak secara detail dan dalam
tiap perkembangan anak. Di awal materi, kita bisa membuat rubrik atau tabel yang
bisa diisi dengan target mereka sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ini
membantu kita dalam mengamati perkembangan mereka.
4. Kesan Pribadi
Kesan saya pertama kali melihat buku ini adalah, “Ah! Ini dia. It’s time to level up!” dan benar saja, banyak sekali referensi mengajar yang bisa saya improvisasi. Saya butuh sekali perspektif pedagogi dari luar negeri yang bisa saya adaptasi di negara tempat saya tinggal.
5. Kutipan Favorit
Ada satu kutipan favorit saya di buku ini yang saya temukan di Ide 21: Jadilah Nyata, “Siswa tidak akan belajar dari orang yang tidak mereka sukai”. Yang saya tangkap justru bukan malah harus menjadi manusia yang harus disukai, karena itu akan melelahkan sekali, bukan harus bersahabat dengan para siswa hingga melanggar batasan, tapi dengan membiarkan mereka mengenal kita. Ajak ngobrol mereka tentang perspektif lain yang membuat mereka terasa dihargai, biarkan mereka mengenal keluarga kita, makanan favorit kita, dan lain sebagainya. Hal semacam ini tidak mengurangi wibawa dan profesionalitas.
6.
Rekomendasi
Buku ini cocok untuk para pendidik yang mau micro-managing
di dalam kelas, mau menambah metode dan perspektif agar tidak bosan mengajar
dengan metode yang itu-itu saja. Kalau kamu tipikal guru yang asal-ngajar-yang-penting-digaji,
maka buku ini bukan menu favorit kamu.
Comments
Post a Comment