Self-Journaling: Perjalanan Bahasa Inggrisku
Sebagai warga Indonesia yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris, kemungkinan besar kita akan merasa kesulitan dalam mempelajari bahasa asing, apapun bahasa itu. Karena saya adalah guru bahasa Inggris, maka saya akan spill perjalanan saya mempelajarinya sehingga audiens mungkin bisa mengambil strategi dari cara yang saya ikuti.

1. Preschool - Elementary
Sejak kecil saya memang sudah dicekoki dengan kosakata bahasa Inggris dimulai dari angka, warna, alat tulis, ragam kata sapaan sederhana hingga bagaimana cara meresponnya. Saya masih ingat sekali pelajaran bahasa Inggris saya dimulai pada kelas 3 SD. Betapa semangatnya saya pada saat itu diperkenalkan materi baru dari Mr Saefullah. Beliau mengajarkan bahasa Inggris dengan tegas, tidak pandang bulu. Saya dididik untuk menghafalkan banyak sekali kosakata pada saat itu. Enggak heran sih, karena sebagai generasi milenial, produk kurikulum saat itu memang yang paling mainstream adalah menghafal.
Di kalangan teman-teman Sekolah Dasar, saya mampu dipercaya sebagai teman yang bisa dicontekin HAHAHA! Bangga tapi aneh. Senang rasanya bisa membantu walau dengan cara yang salah. Pernah suatu ketika nilai bahasa Inggris saya jelek sehingga nilai teman-teman saya pun ikutan jelek. Akhirnya, ujian ulang.
2. Middle School (Junior and high)
Di masa-masa SMP di Jakarta Timur, kompetitor saya semakin banyak. Yang bisa berbahasa Inggris bukan cuma seorang-dua orang lagi. Dunia yang saya kenali saat itu begitu melelahkan karena kompetisi begitu kencang. Bahkan untuk pelajaran Bahasa Inggris pun cenderung melelahkan. Sehingga pelarian saya saat itu adalah menggambar dan bermain game online. Orang-orang belajar giat, sedangkan saya malah bermain-main.
Ironisnya, game online yang saya mainkan adalah Ragnarok yang memiliki banyak sekali kosakata bahasa Inggris mulai dari istilah items, senjata, hingga istilah peperangan. Di sinilah justru keadaan berbalik. Bahasa Inggris saya meningkat pesat dari BERMAIN GAME! Enggak perlu saya sebutkan berapa banyak game online yang saya mainkan karena memang banyak sekali.
Ditambah, kosakata bahasa Inggris saya juga meningkat lewat menggambar! Kok bisa? Jadi begini, pada saat saya ngomik (menggambar komik, genre action), saya membuat nama untuk jurus-jurus di dalam cerita. Setiap nama jurus, saya ingin menuliskannya dalam bahasa Inggris, misalnya 'Fire Fist' atau Tinju Api. Jadi, begitu banyak kosakata keren yang saya dapat dari kamus usang yang saya temukan di dalam gudang nenek waktu itu.
Setelah naik kelas delapan SMP, saya dipertemukan dengan guru bahasa Inggris yang sangat interaktif, Mam Woro. Beliau adalah pondasi cara mengajar saya sekarang. Cara beliau mengajar telah merasuki alam bawah sadar saya. Beliau mengajarkan saya banyak hal selama mengajar bahasa Inggris, terutama speaking. Jika beliau masih hidup, saya ingin sekali bertemu dengannya.
Di masa SMA, justru saya tidak menemukan sosok guru bahasa Inggris yang membuat saya berkobar untuk mempelajarinya. Namun, saya bersyukur memiliki teman sebangku, Bintang, dari pindahan pesantren yang jago berbahasa Inggris. Jadi, hampir setiap hari kami melatih speaking.
3. From 2010 to now
Sejak lulus SMA, saya merasakan peningkatan yang sangat pesat! Berikut timeline yang masih terekam jelas:
- Di tahun 2011, saya mulai menerbitkan buku pertama berjudul '16 Menit Mahir 16 Tenses' di Gramedia hasil dari pengajuan naskah dan ulasan berkala dari editor.
16 Menit Mahir 16 Tenses, Grasindo, 2011 |
Kemudian mendapat kesempatan untuk menjadi tutor pembimbing bahasa Inggris di Akademi Pimpinan Perusahaan.
- Di tahun 2012, saya mulai mengajar di English Language Program.
- Di tahun 2013, saya mulai kuliah Pendidikan Bahasa Inggris walau hanya satu semester. Karena saya pikir pembelajarannya tidak efektif dan tidak banyak melatih kompetensi bahasa Inggris saya.
- Di tahun 2015, saya mulai kuliah Sastra Inggris di Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing. Walaupun kampus ruko dengan harga terjangkau, saya bersyukur sekali bisa diajarkan dosen-dosen yang berkualitas. Mention to Mam Henhen Nurhaeni dan Mam Anissa yang membuka tabir ilmu perlinguistikan. Mulai dari speaking, grammar, hingga pronunciation. Semua benar-benar meningkat sangat pesat.
- Di tahun yang sama, saya menulis dua buku 'Gaul Abis Kuasai TOEFL dalam Waktu Singkat' dan 'Simple & Easy TOEFL Preparation Guide'. Dalam proses menulis dua buku tersebut, kemampuan saya jadi jauh lebih pesat lewat reading comprehension dan structure & grammar. Begitu banyak artikel bahasa Inggris yang saya dapatkan untuk membuat dan meneliti soal-soal TOEFL. Sehingga jam terbang yang saya lalui begitu banyak.
- Di 2016, saya menerbitkan buku keempat berjudul 'English is Yours: Cara Gaul Kuasai Kosakata dalam Bahasa Inggris'
- Di 2017-2018, saya dipercaya untuk mengajar anak-anak untuk ujian SBMPTN. Dan soal-soal reading comprehension-nya sangat menantang sekali. Dibutuhkan drilling yang intens untuk paling tidak bisa memahami inti soal.
Di 2019, menjadi partisipan yang aktif dalam mengisi acara-acara kampus yang tentunya menambah wawasan saya dalam berbahasa Inggris. Sampai pada menulis skripsi, sidang, dan lulus di Desember 2019.
Pada saat mata kuliah English Drama, kita membuat pentas drama dengan tema American Literature lewat cerita Great Gatsby. Menilik kebahasaan dari karya literatur-literatur pada zamannya.
Videonya bisa dicek di sini!
Sejak saat itu, saya dan teman-teman menciptakan English Literature Club guna memperkaya teman-teman seperjuangan dengan karya-karya literatur. Kami juga terkadang mengundang native speaker untuk bergabung menjadi tamu spesial guna menginspirasi kami.
Saya merasa sangat bersyukur bisa berada di jurusan yang tepat, sastra Inggris. Pagi mengajar bahasa Inggris, malamnya kuliah. Begitu melelahkan namun membuahkan hasil.
- Hingga sekarang, kebiasaan-kebiasaan yang saya lakukan masih sama untuk memelihara kemampuan berbahasa Inggris: Mendengarkan musik dan siniar, menonton serial, terkadang menjadi pembicara di beberapa seminar bahasa, lalu sering self-talk bahkan mulai terbantu sejak adanya AI. Ditambah dengan membuat konten-konten, mengajar, dan berjejaring di komunitas, kemampuan berbahasa jadi lebih kuat.
Belajar tidak pernah mengenal kata berhenti. Sampai sekarang saya masih aktif berjejaring dengan komunitas bahasa Inggris di Jakarta. Karena dulu juga sering sekali ikut terhubung dengan teman-teman di Fakta Bahasa (komunitas bahasa).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Banyak jalan menuju roma. Banyak media untuk belajar bahasa Inggris. Yang membedakan hanya seberapa tangguh niat kita untuk terus konsisten belajar. Cara paling malas untuk belajar bahasa Inggris adalah dengan membiasakan mengkonsumsi media-media yang tersedia. Mulai aja dulu!
Jika memang suka berjejaring, sekarang banyak sekali yang menawarkan komunitas gratis yang bisa diakses siapapun. Mulai aja dulu!
Sibuk bukan jadi alasan! Ada siniar (podcast) yang menawarkan efisiensi waktu di perjalanan pulang untuk bisa didengarkan. Mulai aja dulu!
Cheers!
Comments
Post a Comment