Pacaran Meningkatkan Semangat Belajar?

Kenapa Siswa Berpacaran?




Dalam sekolah tingkat menengah, umur belasan memang tidak bisa dipungkiri. Hormon yang sedang naik-naiknya membuka banyak probabilitas, termasuk menjalin asmara yang belum tepat pada waktunya. Dalam hal ini kita sebut berpacaran.




Semua orang-orang yang mengenyam dunia pendidikan pastinya pernah merasa tertarik dengan seseorang. Bisa karena wajahnya, kepribadiannya, statusnya, atau bahkan perlakuannya. Dan setiap hari bertatap muka, bertemu dan saling menyapa sehingga tak jarang bibit-bibit cinta tersemai. Maka mereka mulai menjalin hubungan atas nama cinta. Saling memberi kabar, menjaga dan mengingatkan satu sama lain. Sekolah menjadi tempat yang dinanti setiap hari karenanya.

Dampak Positif

Tidak bisa dipungkiri, hormon dopamine alias hormon yang membawa kebahagiaan muncul secara berkala disebabkan oleh terjalinnya hubungan asmara. Bisa memberi dampak yang positif berupa semangatnya menjalani kegiatan sekolah. Berikut dampak positif berpacaran saat masa-masa sekolah:

1. Perkembangan emosional

Siswa yang berpacaran lebih mengenal diri mereka dalam mengatur emosi mereka. Hal ini membawa pelajaran seperti berempati, berkomunikasi dan komitmen.

2. Dukungan emosional

Saat menjalin suatu hubungan, biasanya tiap individu sering berbagi cerita. Dari berbagi cerita biasanya tumbuh keterikatan. Ini menandakan tiap individu yang berpacaran biasanya mendapat dukungan secara emosional dan bisa memvalidasi perasaan-perasaan mereka.

3. Peningkatan keterampilan sosial

Suka atau tidak, orang yang berpengalaman dalam menjalin hubungan biasanya lebih andal dalam bersosialisasi. Lebih paham dalam bersikap. Kenapa? Karena hubungan-hubungan masa lalunya telah menjadi trial and error dalam menentukan pilihan dan sikap. Di masa depan, mereka telah memiliki pengalaman dan gambaran akan jadi apa jika berbuat sesuatu.




Dampak Negatif

Tidak seperti dampak positif, justru pacaran di masa sekolah memiliki lebih banyak negatifnya. Misalnya, saat hubungan berakhir. Tidak ada yang bisa menjalani kondisi mental anak tersebut paska hubungan berakhir sehingga mempengaruhi performa dia di sekolah: mulai dari absensi, prestasi, hingga kondisi kesehatannya.

1. Gangguan akademik

Pacaran memang mengasyikkan. Di sisi lain, beban waktu yang kita mesti kendalikan jadi lebih banyak. Dan ini semua menguras waktu. Tidak jarang malah hanya mengganggu fokus akademik. Waktu belajar jadi lebih sedikit.

2. Tekanan emosional

Dalam menjalin hubungan apapun, tekanan akan selalu ada. Kita tidak selalu menemukan pacar yang tepat. Bisa jadi dia seorang yang problematik yang justru menambah masalah dalam kehidupan kita. Maka, bukannya mendapat dukungan emosional, kita malah mendapat tekanan emosional.

3. Ketergantungan emosional

Cinta adalah candu. Ini terkadang menghambat sisi kemandirian kita karena saat pacaran, kita cenderung menjadi pribadi yang manja dan bergantung kepada pasangan sehingga kepercayaan terhadap diri sendiri tidak menjadi maksimal.

4. Isolasi sosial

Tidak sedikit ditemukan pasangan yang menjadi lebih terisolasi atau tertutup saat sedang menjalin sebuah hubungan. Bisa karena menjaga perasaan si pacar, bisa karena sifat obsesif dan pencemburunya. Dunia hanya semata jadi milik berdua.

5. Risiko pelecehan seksual

Data yang dikeluarkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan sekitar 50 ribu anak di Indonesia menikah dini karena mayoritas hamil di luar nikah. Penyebab utama dari tingginya angka tersebut adalah rendahnya pendidikan seksual di kalangan remaja, termasuk terlena dan lalai dalam berpacaran.

Jika memang tidak hamil di luar nikah, paling tidak sering sekali terjadi aktivitas seksual walaupun atas dasar kesepakatan masing-masing. Dan ini mendegradasi posisi perempuan yang seringkali menjadi korban kekerasan seksual.




Outro

"Ah! Kan saya pacarannya beda sekolah!"
"Kan bisa pacaran dengan hal-hal yang sederhana"
"Ah kayak enggak pernah pacaran aja!"
"Lebih ke penasaran, sih."
"Pacarannya enggak ngapa-ngapain kok!"

OK! Apakah semua itu sebanding dengan kepuasan sementara? Apakah harga pacaran layak dibeli dengan turunnya prestasi di sekolah? Pertanyaan-pertanyaan reflektif ini bahkan terkadang tidak sempat terpikirkan oleh mereka karena orientasi mereka hanyalan kesenangan sesaat tanpa memikirkan dampak yang lebih luas.

Penulis berharap poin-poin di atas bisa memberikan sudut pandang yang membantu pengambilan keputusan. Pacaran atau tidaknya, semua ada di keputusan tiap individu. Risiko akan selalu ada.

Comments

Popular posts from this blog

Simple Past Tense Exercise