Self-Journaling: Dalam Diskusi Menciptakan Negara Baru

Saya selalu bilang ke orang-orang bahwa relasi itu adalah investasi. Lebih tepatnya, salah satu dari bagian investasi. Kamu memang enggak akan langsung mendapatkan benefit-nya, tapi kamu sedang menanam benih-benihnya hingga kemudian kamu akan memetiknya di kemudian hari.

Hari ini saya mendapat kesempatan kembali bergabung di sebuah komunitas Bahasa Inggris, WeEnglish Community di Taman Ismail Marzuki. Sebuah komunitas yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi orang-orang yang ingin memelihara kemampuan berbahasa Inggrisnya, termasuk saya.



Saya masih ingin terus melatih kemampuan saya dalam berbahasa Inggris. Terlebih dalam banyak topik-topik yang thought-provoking dan sensitif. Menurut hemat saya, memperluas topik pembicaraan kita dalam berbahasa Inggris justru malah meningkatkan kepercayaan diri dalam membahasnya, memperluas wawasan, memperoleh kosakata asing yang bahkan kita enggak temuin di buku pelajaran, dan meningkatkan kemampuan kita secara verbal.


Sebagai guru di sekolah, saya ingin terus menggali potensi saya dan menjaga api semangat agar bisa menyalakan lilin-lilin kecil di dalam kelas yang saya ajarkan. Bukan karena bakti pada negara ini, tapi untuk menjadi manusia yang ilmunya bermanfaat meski raga ini sudah di liang kubur.

Yang paling menarik di dalam sebuah diskusi komunitas tadi, kami bertukar opini tentang ‘Creating a new country’ atau menciptakan negara baru. Siapa  di antara kamu yang akan menjadi presiden, menteri apa saja yang akan dibuat, dan apa programnya. Saya memilih menjadi Minister of Education (Cita-cita imajinatif dulu haha!). Apa program yang akan saya buat?

1. Angkat semua guru menjadi ASN P3K. Saya mau rekan-rekan guru saya memiliki hidup yang layak!

2. Akses pendidikan merata.

3. Perbanyak program literasi demi menumbuhkan nalar, kesadaran akal, dan pikiran yang kritis.

4. Permudah akses buku, mulai dari memperbanyak pojok baca, perpustakaan, menaikkan royalti penulis sampai menurunkan harga buku. Buku adalah hak setiap individu bagi yang mau memerdekakan dirinya.

5. Tingkatkan kurikulum yang sudah ada.


Saya lupa menyatakan bahwa makan siang gratis adalah bare minimum di setiap sekolah, memberikan imunisasi dan gizi penuh di 1000 hari pertama anak yang lahir agar menghindari kemungkinan stunting, maksimalkan konsumsi ikan (saya pikir ikan akan membantu proses tumbuh kembang otak anak agar lebih cerdas), dan berkolaborasi dengan menteri lain untuk memecahkan masalah keluarga yang mampu mempengaruhi mental anak seperti ketidakmampuan finansial dan keluarga yang tidak lengkap. Kurang lebih ini adalah bekal suara yang akan saya mungkin gaungkan nanti ke depannya. 



We listen, we don’t judge. Dalam diskusi, tidak ada satu pun yang menghakimi, kami menyimak untuk memahami, lalu memberi respon positif nan menghibur. Semuanya proaktif dalam mengambil bagiannya. Everyone wanted to take part of this discussion. Saya bersyukur ini berjalan dengan sangat edukatif, informatif, dan menghibur.





















Comments

Popular posts from this blog

English Exercises [High School Level]